Menurut mereka siang ini panas matahari terasa sangat menyengat. Tetapi badanku merasakan dingin di siang ini. Memang kondisiku sedang tidak sehat. Seharusnya saat ini aku masih berada di kelas, tetapi aku terpaksa tidak melanjutkan pelajaranku hari ini. Di tengah-tengah pelajaran aku tiba-tiba sakit. Dan aku harus pulang karena kondisiku tidak memungkinkan untuk tetap berada disekolah.
Sesampainya di rumah, aku berbaring lemas di kasurku dengan kondisi wajah pucat. Kata mama tubuhku lebih mirip mayat hidup. Dan aku harus ke rumah sakit besok pagi. Padahal rumah sakit adalah tempat yang paling ku benci. Dan aku lebih memilih bergembira di sekolah bersama teman-temanku.
Keesokan harinya, “Nadine! Cepatlah bersiap-siap. Tidak lama lagi kita akan berangkat. Dokter itu tidak praktek lama disana.” Aku segera bersiap-siap menuju rumah sakit. Sesampainya disana, aku dan mamaku menuju ruang periksa.
Setelah selesai di periksa, dan aku juga sudah cek laboratorium. Mama tidak terlihat lesu atau khawatir. Ia tetap bersikap seperti biasanya. Dingin dan terlihat sedikit galak. “Nadine. Mulai sekarang kamu tidak boleh makan sembarangan. Kamu harus makan makanan yang menurutmu tidak enak itu. Mau tidak mau kamu harus menambah jumlah darah merah mu.” Kata mama sambil menggandengku menuju tempat parkir.
Malam ini aku tidak bisa berpikir jernih. Pikiranku masih tertuju pada satu masalah. Kata-kata dokter itu. Bagaimana juga aku harus menyembunyikan ini dari Nessa dan Kania.
Pagi ini embun sejuk menyambut hariku. Aku bersiap ke sekolah, meski kondisiku sangat lemah. Mama sudah melarangku. Namun, karena sifat mamaku keras, sifatku pun keras juga. Aku tetap pergi ke sekolah. Aku harus melakukan sesuatu supaya Nessa dan Kania tidak curiga dengan kondisiku saat ini. Salah satu caranya adalah menjauh dari mereka. Toh, hidupku mungkin tak lama lagi. Tak ada salahnya kalau aku menjauhi mereka.
Sudah seminggu, hubungan persahabatanku dengan mereka renggang. Mereka seperti membenciku. Memang ini maksudku, aku ingin aku meninggalkan mereka, dan tidak meninggalkan kenangan manis. Supaya aku tidak menyakiti mereka. Mereka berdua menjauhi ku. Tetapi aku merasa tidak terima. Mereka terlalu keterlaluan. Mereka menjauhiku hingga sehari ini pun aku sama sekali tidak berbicara dengan mereka. Memang susah ternyata. Walaupun memang ini harapanku, namun tidak separah ini juga mereka menjauhiku.
Dua bulan sudah aku seperti ini. Aku merasa tidak punya sahabat lagi. Omonganku sudah tidak pernah didengar oleh mereka. Tetapi ini semua benar, mereka mungin tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Yang ada dalam diri mereka adalah “aku itu salah. Karena aku sudah berubah” padahal ada maksud tertentu dalam sikapku ini.
Makin hari, kondisiku makin parah, hingga suatu saat, Aku sedang berada didalam kelas, aku sedang menyimak pelajaran matematika. Tetapi aku merasakan tubuhku tidak menapak. Aku merasa tidak memiliki tubuh. Dan seketika itu juga dunia berputar dan gelap.
Keesokan harinya aku terbangun. Ternyata aku berada Rumah Sakit. Sepertinya ada sesuatu yg terjadi padaku.. Aku merasa belum seluruh nyawaku berkumpul di jasadku. Aku lihat tidak ada siapa-siapa di sekelilingku. Aku mencoba berdiri, tetapi rasanya lemas sekali tubuhku. Tiba-tiba ada sesorang yang membuka kamarku. Aku pikir dia Nessa atau Kania. Tetapi ternyata orang itu adalah Mama. Mama saat ini terlihat khawatir. Mama bercerita panjang lebar tentang sesuatu yang terjadi padaku. Karena sudah 2 bulan berlalu, mungkin satu setengah bulan lagi aku berada di dunia ini.
Sudah satu bulan aku dirawat disini. Tidak ada yang menjengukku kecuali keluargaku. Ya, karena, memang aku menyuruh mama papa ku untuk merahasiakan masalahku ini. Aku tidak ingin teman-temanku tahu bahwa sebeneranya aku mengidap suatu penyakit berbahaya.
Menurut divonis dokter, dua bulan lagi aku hidup. Aku tidak terlalu percaya, bisa saja hidupku lebih lama. Atau mungkin hidupku malah justru lebih cepat. Akhirnya aku memutuskan untuk memberitahu Kania dan Nessa. Entah bagaimana ekspresi mereka saat mereka tahu bahwa aku dirawat di rumah sakit selama ini. Aku sudah berbulan-bulan tidak masuk sekolah dengan ijin pergi ke luar kota selama beberapa bulan.
Keesokan harinya, Nessa, Kania, dan teman-teman lainnya datang ke rumah sakit tempatku dirawat, untuk menjenguk ku. Aku senang bisa melihat mereka lagi. Aku sudah rindu sekali pada mereka. Semua diam melihat kondisiku yang sudah berubah. Aku sudah tidak berambut, aku pucat, untuk tersenyum pun kadang aku tidak kuat.
Tiba-tiba Kania menangis. Ia berlari ke arahku, dan ia memelukku. Dia menangis sambil memelukku. “Nadine, kenapa kamu nggak cerita sama kita, kalau ternyata kamu sakit?! Kenapa kamu diem ajaa?” Kania bertanya padaku sambil menangis dan dengan nada sedikit membentak. “Nadine, kalau kamu cerita sama kita kan kita nggak ngejauhin kamu gini. Kita semangatin kamuu!” tiba-tiba Nessa sudah berada disampingku. Mereka berdua memelukku. Mereka menangis. Aku pun juga menangis. Aku merasakan susasana haru diantara kami.
“Nessa, Kania maaf, aku nggak jujur sama kalian. Aku nggak mau aku ninggalin kalian sama kenangan-kenangan manis. Aku pengen kalian nggak berat aku tinggalin. Aku pengen kalan ngelupain aku.” Aku berbicara sambil menangis. Aku ingin mengusap air mataku, tetapi aku tidak mampu menggerakkan tanganku. Aku ingin terlihat kuat di depan mereka. Tapi tidak bisa.
Aku semakin merasa jasadku tak bernyawa lagi. Akhirnya aku berkata pada mereka “Nessa, Kania, maafkan semua salahku. Maafkan aku jika aku sering menyakiti kalian. Aku mau pamit sama kalian. Jangan pernah lupain aku yaa. Aku pergi dulu. Sampai ketemu kapan-kapan di surga yaa sahabat-sahabatku sayaang. Hahaha” aku sempat tertawa di akhir kata-kataku untuk mereka. Aku tersenyum pada mereka. Dan akhirnya aku memejamkan mata. Aku tidak terbangun lagi. Aku memejamkan mata untuk selamanya. Aku pergi untuk selamanya. Aku melihat jasadku terkapar diatas kasur rumah sakit itu. Jasadku dikelilingi teman-temanku dan keluargaku.
Semakin lama aku semakin merasa terbang, menjauhi mereka, terbang semakin ke atas. Dan akhirnya mereka sudah tidak terlihat olehku lagi. Selamat tinggal Kania, selamat tinggal Nessa. Selamat tinggal semuanya. Jangan pernah lupakan aku. Sampai ketemu lagi denganku di surga nanti J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar